.... Asyiknya Belajar Matematika

Friday, October 21, 2022

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4

 

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4

 

A.     Penerapan Budaya Positif di Sekolah

Sekolah merupakan lembaga formal tempat pembentukan karakter baik dalam diri peserta didik. Karakter yang harus dimiliki peserta didik adalah beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia; berkebhinekaan global, mandiri, gotong royong, kreatif, dan bernalar kritis. Penanaman karakter dalam diri peserta didik tidak instan, memerlukan proses yang panjang serta dukungan dari seluruh pemangku jabatan. Penanaman karakter tersebut merupakan suatu upaya untuk mewujudkan peserta didik yang memperoleh keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.

Untuk membentuk siswa yang berprestasi dan berkarakter baik, maka sekolah perlu membangun budaya positif di lingkungan sekolah. Budaya sekolah sendiri diartikan sebagai tradisi sekolah yang tumbuh serta berkembang sesuai dengan spirit dan nilai-nilai yang diajarkan di sekolah. Dengan kata lain, budaya sekolah menjadi kebiasaan yang disepakati bersama untuk dilakukan dalam waktu yang lama ketika terjadi kegiatan pembelajaran. Dengan membangun kebiasaan atau budaya positif di lingkungan sekolah, maka nilai-nilai baik bisa diterima oleh siswa dan membentuk karakter dan kecerdasan mereka.

Guru sebagai pamong dapat memberikan tuntunan agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Guru diharapkan memiliki nilai-nilai positif yang dibutuhkan untuk membentuk karakter pelajar Pancasila dengan memberi contoh dan melakukan pembiasaan yang konsisten di sekolah. Pengembangan budaya positif dapat menumbuhkan motivasi instrinsik dalam diri anak untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan berbudi pekerti luhur serta berakhlak mulia.

Langkah –Langkah dan strategi dalam mewujudkan budaya positif di sekolah secara efektif dan mengembangkan karakter anak adalah sebagai berikut. Pertama, posisi kontrol guru. Guru sebagai manager, jika ada murid yang melakukan pelanggaran tata tertib, maka guru akan bertanya kepada anak tentang alasan mengapa anak tersebut melanggar aturan dan membuat kesepakatan kelas untuk melakukan tindakan perbaikan.

Kedua, membuat kesepakatan kelas. Kesepakatan kelas merupakan aturan-aturan untuk membantu guru dan murid bekerja bersama membentuk kegiatan belajar mengajar yang efektif. Kesepakatan kelas terdapat harapan guru terhadap murid dan harapan murid terhadap guru. Kesepakatan yang disusun harus mudah dipahami dan langsung diterapkan, dapat diperbaiki dan dikembangkan secara berkala.

 

Ketiga, menerapkan disiplin positif. Memberikan pemahaman disiplin pada anak yaitu untuk mengetahui perilaku mereka sendiri, mengambil inisiatif, menjadi bertanggung jawab atas plihan mereka dan dapat menghargai diri sendiri dan orang lain. Dalam pelaksanaannya, disiplin dapat memberikan pemahaman kepada anak mengenai konsekuensi logis jika sebuah aturan dilanggar. Kesalahan adalah kesempatan baik bagi anak untuk belajar.

 

B.      Koneksi Antar Materi

Ki Hajar Dewantara mengemukakan bahwa pendidikan adalah usaha menuntun kekuatan kodrat yang terdapat dalam diri peserta didik agar dapat memperbaiki lakunya hidup sesuai dengan kodrat alam dan kodrat jaman. KHD mengungkapkan bahwa pendidikan merupakan usaha untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab sehingga pelaksanaan pendidikan harus berpihak pada peserta didik.

            Semboyan pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara yang dikenal dengan istilah trilogi pendidikan yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani, Ing Ngarso Sung Tulodo artinya yang didepan memberi teladan. Dalam hal ini, peranan guru sangat besar dalam memberi teladan kepada para peserta didiknya. Ing Ngarso Mangun Karso artinya yang ditengah membangun keinginan. Dalam hal ini, pemberian motivasi dan memposiskan dirinya seorang guru sehingga dapat menjadi teman dan juga tempat peserta didiknya berangkat untuk berkembang menuju cita-citanya. Tut Wuri Handayani yang artinya dari belakang memberi dorongan. Hal ini berarti guru harus selalu mendorong peserta didiknya dalam mengembangkan bakat dan minat sesuai dengan yang dikehendaki.

        Upaya melaksanakan pendidikan yang berpihak pada murid, menuntut seorang guru yang memiliki sejumlah nilai sebagai pedoman dalam berperilaku. Nilai-nilai yang dimiliki dapat dijadikan contoh/teladan bagi murid-muridnya.  Nilai-nilai yang dimiliki seorang guru penggerak diantaranya berpihak pada murid, mandiri, inovatif, kolaboratif dan reflektif.  Nilai-nilai yang dimiliki dapat diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran di kelas/sekolah terkait dengan perannya sebagai seorang guru penggerak.

Seorang guru penggerak harus mampu mewujudkan kepemimpinan dalam pembelajaran sehingga tercipta pembelajaran yang aktif, kreatif, kolaboratif, dan menyenangkan. Guru penggerak harus mampu  menggerakan komunitas praktisi dimana guru  tidak hanya bergerak di dunia kerjanya saja tapi juga harus bisa mengembangkan diri dalam komunitas pendidikan. Selain itu seorang guru penggerak diharapkan menjadi teladan dan agen perubahan di dalam ekosistem Pendidikan. Seorang guru juga harus membawa pengaruh terhadap lingkungan di sekellingnya dan menjadi coach bagi rekan kerjanya dengan cara saling berbagi praktek baik.

Seorang guru penggerak harus bisa bekerjasama dengan baik dengan rekan kerjanya dan menciptakan kondisi kerja yang nyaman. Membuka ruang diskusi positif dan ruang kolaborasi (keterampilan yang memungkinkan seseorang bekerja sama dengan orang lain) antara guru dan pemangku kepentingan di dalam dan luar sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Nilai dan peran yang ada pada diri Guru Penggerak tentunya diharapkan dapat menjadi

contoh bagi guru lain sehingga mereka akan merasa terdorong untuk mengikuti langkah dan tindakan yang telah dilakukan oleh Guru Penggerak tersebut. Langkah dan tindakan-tindakan positif tersebut lah yang akan menjadi tolok ukur seberapa berhasilnya peran Guru Penggerak dalam memberikan pengaruh dan motivasi terhadap orang lain.

             Visi berkaitan dengan “want to be seseorang”, suatu organisasi atau kelompok. Visi berarti gambaran masa depan yang diharapkan akan terwujud, mulai dari input, proses, maupun outputnya. Visi berupa gambaran mental masa depan yang dipengaruhi oleh kenyataan yang diharapkan, kepercayaan serta keyakinan terhadap nilai-nilai, dan ketertarikan akan prestasi, capaian, atau keunggulan. Visi seorang guru merupakan gambaran tujuan yang ingin dicapai oleh seorang guru, yang memuat nilai-nilai yang diyakininya. Visi menentukan tujuan, sedangkan nilai-nilai menentukan cara untuk mencapai tujuan tersebut.

           

            Seorang guru penggerak yang telah memiliki visi berupa kegiatan pembelajaran yang berpihak pada murid akan berusaha untuk mengimplementasikan nilai-nilai yang dimilikinya dalam pencapaian visi melalui peran nya sebagai seorang guru penggerak. Diharapkan apabila Guru Penggerak sudah menerapkan Nilai dan Peran tersebut, maka Guru Penggerak akan mampu juga mewujudkan visinya.

            Visi guru penggerak akan terealisasi apabila visi yang dimiliki tersebut terukur, konkret, dapat direncanakan, dan juga dilaksanakan secara sistematis. Maka dari itu, untuk mencapai hal tersebut, Guru Penggerak menerapkan suatu pendekatan yang disebut Inkuiri Apresiatif. IA adalah pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan.  Inkuiri Apresiatif mengedepankan usaha, prakarsa perubahan dengan memaksimalkan potensi, kekuatan, dan segala hal positif yang telah ada dan dimiliki. Inkuiri Apresiatif diterapkan dengan alur BAGJA , yakni B = Buat Pertanyaan Utama untuk menentukan arah penelusuran dengan membuat pertanyaan-pertanyaan kemudian didiskusikan dan pilih salah satu pertanyaan.

A = Ambil Pelajaran fokus satu pertanyaan utama yang disepakati, kemudian menuntun untuk mengambil pelajaran dari pengalaman positif individu atau kelompok. komunitas sekolah menjawab pertanyaan lanjutan dari pertanyaan utama. G = Gali Mimpi yaitu menggali mimpi sebagai keadaan ideal yang diinginkan melalui narasi berdasarkan kondisi yang ada, dengan menyusun pertanyaan pemandu. J = Jabarkan Rencana yaitu dengan mengidentifikasi tindakan yang diperlukan dan mengambil keputusan berdasarkan pertanyaan yang telah disusun agar lebih konkret. A= Atur eksekusi membantu transformasi rencana menjadi nyata yang mampu memutuskan peran-peran dalam pelaksanaan.

            Inkuiri apresiatif memaksimalkan segala potensi individu dan komunitas dan memaksimalkan kekuatan menjadi kekuatan yang sangat luar biasa untuk melakukan perubahan.

Proses memaksimalkan kekuatan dilaksanakan melalui pembiasaan hal-hal baik.

Dalam konsepsi pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara, sekolah diidentikkan sebagai sebuah taman. Taman berarti tempat bermain, teduh, tenang, dan menyenangkan. Pendidikan haruslah menyenangkan, belajar adalah proses kegembiraan. Agar sekolah menjadi taman, diperlukan penerapan budaya positif di sekolah. Siswa akan belajar, berlatih, dan mengikuti proses pendidikan dengan baik ketika mereka memiliki persepsi yang positif terhadap sekolah, misalnya perasaan aman, nyaman, merasa dihargai, dan diterima oleh teman-teman dan gurunya. Suasana positif akan membuat pembelajaran menjadi menyenangkan, hubungan antar siswa terjalin harmonis, dan hubungan antara siswa dengan guru berlangsung dalam suasana akrab.

Mewujudkan budaya positif di sekolah mutlak dilakukan untuk mencapai visi yang direncanakan. Untuk mewujudkan budaya positif, Guru Penggerak harus memahami perubahan paradigma, yaitu perubahan dari stimulus respons menjadi teori kontrol, pandangan tentang dunia. Disiplin positif penting diterapkan dalam pendidikan, agar siswa mampu bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya karena mereka mendasarkan tindakan mereka pada nilai-nilai kebajikan universal. Guru menerapkan disiplin positif agar siswa tumbuh menjadi orang yang berdisiplin diri sehingga mereka bisa berperilaku dengan mengacu pada nilai-nilai kebajikan universal dan memiliki motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik.

Melalui visi, seorang guru penggerak akan berusaha mewujudkan impiannya dengan nilai-nilai yang dimiliki serta mengimplementasikan dalam kegiatan di sekolah terkait dengan perannya sebagai seorang guru penggerak. Upaya memaksimalkan peran sebagai guru penggerak melalui penanaman disiplin positif di sekolah dapat mewujudkan budaya positif sehingga tercipta generasi-generasi muda yang tangguh, yang mampu menyelesaikan permasalahan dalam dirinya sehingga tercipta keselamatan dan kebahagiaan dirinya baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat.

 

 

 

 


read more